Alami Gejala COVID-19 Tapi Hasil PCR Negatif, Kok Bisa?

Alami Gejala COVID-19 Tapi Hasil PCR Negatif, Kok Bisa?

Dua hari sudah, Tambun mengalami batuk, demam, sakit tenggorokan dan gangguan pencernaan. Sederet gejala tersebut memenuhi kriteria infeksi COVID-19 varian Omicron.

Curiga dirinya terjangkit virus corona, Tambun melakukan tes swab PCR (polymerase chain reaction). Tes ini merupakan metode pemeriksaan terbaik untuk mendeteksi SARS-CoV-2.

Skrining PCR dilakukan dengan mengambil sampel lendir dari hidung dan tenggorokan pasien. Kemudian, materi genetik sampel diekstraksi, lalu diamplifikasi (digandakan) untuk mengetahui keberadaan coronavirus.

Tak disangka, hasil PCR Tambun negatif, padahal ia merasa mengalami gejala infeksi COVID-19. Lantas, mengapa seseorang dengan gejala COVID bisa punya hasil PCR negatif? Berikut alasannya menurut tinjauan medis.

1. Virus Kalah dengan Sistem Imun

Tes PCR merupakan metode pemeriksaan yang dinilai memiliki tingkat akurasi paling baik untuk mendeteksi virus corona.

Meski begitu, menurut dr. Daniel Rhoads, dari College of American Pathologists, sensitivitas PCR untuk mendeteksi COVID-19 sebenarnya berkisar 80 persen.

“Artinya, sekitar satu dari lima orang yang terinfeksi coronavirus dan diuji menggunakan PCR berpeluang memperoleh hasil tes negatif palsu,” kata dr. Daniel.

Negatif palsu alias false negative merupakan kondisi ketika hasil skrining pasien suspek COVID-19 negatif, padahal sebenarnya dia terinfeksi SARS-CoV-2.

Hasil false negative tes PCR, menurut dr. Daniel diduga disebabkan karena sistem kekebalan tubuh (imun) pasien mengalahkan virus. Hal ini menyebabkan jumlah virus lebih sedikit sehingga tidak terdeteksi oleh PCR.

2. Kontaminasi Silang

Alat tes PCR juga dapat mengalami kontaminasi silang, yaitu kondisi ketika zat asing (bakteri, virus, atau jamur) di sekitar alat skrining COVID-19 mengontaminasi perangkat tersebut. Hal ini bisa menyebabkan hasil tes PCR keliru.

Kontaminasi silang dapat terjadi karena ruangan laboratorium tempat penyimpanan alat kurang higienis, alat tidak didesinfeksi secara memadai, maupun peralatan medis tidak digunakan secara tepat.

Asuransi mikro mulai dari 5000 Rupiah!

3. Kelalaian Petugas Laboratorium

Menurut dr. Lester Layfield, ahli patologi dari University of Missouri Health Care, hasil negatif palsu skrining PCR mungkin pula disebabkan oleh kelalaian petugas laboratorium.

Hal ini terjadi ketika sampel pasien suspek COVID-19 tertukar dengan sampel individu yang negatif, sehingga menghasilkan negative false.

Sebaliknya, kelalaian petugas juga memungkinkan hasil positif palsu dimiliki seseorang yang sebenarnya tidak terinfeksi virus corona sama sekali.

4. Gejala Infeksi Lain

Hasil tes PCR negatif pada individu dengan gejala terinfeksi coronavirus, menurut dr. Devia Irine Putri juga bisa menandakan bahwa yang bersangkutan memang tidak terinfeksi COVID-19.

Nah, gejala yang muncul bisa saja karena infeksi virus lain misalnya karena virus influenza penyebab flu,” papar dr. Devia.

Sementara itu, jika Anda meragukan hasil tes PCR dan yakin terinfeksi COVID-19, risiko infeksi virus dapat diketahui melalui prevalensi penyakit di kawasan pemukiman.

Prevalensi penyakit merupakan proporsi dari masyarakat yang memiliki penyakit ataupun faktor risiko suatu penyakit dalam jangka waktu tertentu.

Dokter Daniel Rhoads mengatakan prevalensi dapat digunakan untuk membantu menilai hasil tes seseorang.

“Misalnya, seorang mengalami gejala COVID-19 tapi hasil tes PCR-nya negatif. Padahal, prevalensi penyakit di kawasan tinggalnya sangat tinggi, karena dia memiliki kontak erat dengan pasien positif coronavirus atau bermukim di zona merah. Maka, kemungkinan besar hasil tes PCR tersebut negatif palsu,” jelas dr. Daniel.

Oleh karena itu, di tengah wabah pandemi yang belum berakhir, Gavi the Vaccine Alliance merekomendasikan agar individu dengan hasil skrining COVID-19 negatif namun bergejala, agar tetap waspada.

Caranya dengan tetap mengisolasi diri selama 14 hari dan menaati protokol kesehatan 5 M. Hal ini agar mengurangi risiko penularan terhadap orang lain.

Artikel ini bekerja sama dengan KlikDokter

Penulis: Raka 12 Mar 2022 1362