5 Fakta Unik Hari Raya Waisak

5 Fakta Unik Hari Raya Waisak

Pada masa pandemi seperti ini, satu hal pasti, hari raya keagamaan tetap sesuai jadwal. Kali ini, umat Buddha merayakan hari raya Waisak di tengah pandemi COVID-19. 

Beribadah dan merayakan hari raya keagamaan di rumah saja sudah menjadi hal normal baru sejak penyebaran COVID-19. 

Pada tanggal merah kali ini, mari kita melihat 5 fakta unik tentang hari Waisak:

1. Tiga Perayaan sekaligus

Pada hari Waisak setidaknya ada tiga peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan Buddha: 1. Peringatan kelahiran Pangeran Siddhartha, 2. penerangan sempurna menjadi Buddha, dan 3. wafatnya Buddha Gautama.

Perayaan Waisak sering disebut Trisuci Waisak.

2. Tanggal  Perayaan Kelahiran Buddha Berbeda di Beberapa Region

Selain berubah-ubah, ternyata perayaan kelahiran Buddha belum tentu sama di semua tempat. 

Jepang menetapkan perayaan hari kelahiran Buddha tepat pada 8 April setiap tahun.

Asuransi mikro mulai dari 5000 Rupiah!

Pada tahun 2020 masehi, perayaan kelahiran Buddha di Tiongkok, Korea Selatan, Hong Kong, Macau dan Vietnam jatuh pada 30 April,  berdasarkan pada hari ke-8 bulan ke-4 penanggalan lunar Tiongkok. 

Di Taiwan, perayaan kelahiran Buddha ditetapkan pada hari Minggu ke-2 di bulan Mei.

3. Tanggal Perayaan Waisak Selalu Berubah

Tahun 2020, Hari Raya Waisak dirayakan tanggal 7 Mei, tetapi tanggal perayaan Waisak berubah setiap tahun.

Hari Waisak jatuh pada malam bulan pertama di bulan Vaisakha pada kalender Buddha.

4. Nama Perayaan yang Berbeda-beda

Nama Vesak berasal dari bahasa Pali Wesakha, yang terkait dengan Waishakha dari bahasa Sanskerta. Negara seperti Malaysia, Singapura, Kamboja, Thailand, Nepal menggunakan varian dari kata Vaisakha, yakni Vesak/Wesak untuk perayaan Trisuci Waisak.

Sedangkan Sri Lanka, India, Banglades menyebutnya Buddha Jayanti. 
Jepang menyebutnya Hanamatsuri. 
Korea menyebutnya Seokka Tanshin-il. 
Tionghoa menyebutnya Fodan.  
Vietnam menyebutnya Phat Dan, dan banyak lainnya. 

5. Parade Biksu

Bukan… biksu ini bukan mengemis, tetapi memberikan kesempatan kepada penganut Buddha untuk memberikan persembahan yang disebut Pindapatta. Layaknya umat Kristen memberikan persembahan di kantong kolekte, atau umat Islam memberikan zakat atau infaq di kotak zakat infaq. 

Menjelang Waisak, para biksu berjalan berbaris sambil menggendong kendil untuk wadah sumbangan dari umat. Ritual Pindapatta juga melatih biksu untuk hidup sederhana dan menghargai pemberian orang lain dan ummat belajar untuk memberi dan berbuat baik.

Penulis: Raka 08 Oct 2020 2584