Kenali Lebih Jauh Penyakit Hepatitis B

Kenali Lebih Jauh Penyakit Hepatitis B

Melansir dari World Health Organization (WHO), penyakit hepatitis B dianggap berbahaya karena dapat meningkatkan risiko kematian. Hal ini karena penyakit hepatitis B dapat menyebabkan gangguan hati, terutama sirosis dan kanker hati.  

Penyakit hepatitis B harus diwaspadai karena menjadi salah satu penyakit dengan kasus tertinggi di Indonesia. Sebuah penelitian menyebutkan jumlah kasus hepatitis B di Indonesia jika dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya, jumlahnya meningkat hingga 2,5 kali lipat pada tahun 2021. 

Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih jauh tentang penyakit hepatitis B mulai dari penyebab, pengobatan, dan cara pencegahannya.

Penyebab Hepatitis B dan Faktor Risiko Terkait 

Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Virus ini dapat ditularkan melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau hubungan seksual dengan individu yang sudah terinfeksi. Jenis virus hepatitis ini tidak menyebar saat kamu bersin atau batuk. 

Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan tertular hepatitis B termasuk penggunaan jarum bekas, transfusi darah yang tidak aman, atau penularan dari ibu kepada anak saat proses kelahiran.

Berikut beberapa faktor risiko penyakit hepatitis B seperti:

 

  • Kontak seksual. Salah satu penyebab utama penularan hepatitis B adalah melalui kontak seksual. Risikonya lebih tinggi jika tidak menggunakan kondom selama berhubungan seksual. Cairan tubuh penderita yang terinfeksi dapat menularkan virus HBV kepada orang yang belum terinfeksi. 
  • Pemakaian jarum bekas. Menggunakan jarum yang sama atau jarum bekas dapat meningkatkan risiko infeksi hepatitis B. Hal ini terjadi ketika jarum terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B ke orang lainnya. Oleh karena itu, sangat penting ketika membuat tato dan aktivitas medis seperti penyuntikan obat, untuk menggunakan jarum yang baru. Karena pemakaian jarum bekas ini juga, pengguna narkoba suntik menjadi salah satu kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B. 
  • Penularan dari ibu ke anak. Hepatitis B pada anak atau bayi dapat terjadi ketika ibu sudah terinfeksi virus HBV. Penularan ini dapat terjadi selama proses persalinan.
  • Transfusi darah. Penularan hepatitis B melalui transfusi darah sangat jarang terjadi karena adanya prosedur pemeriksaan darah sebelum transfusi. Namun, jika pendonor memiliki infeksi virus HBV Tersembunyi (OBI), maka risiko infeksi masih mungkin terjadi. OBI adalah kondisi di mana DNA virus ada di dalam organ hati, namun hasil tes HBsAg menunjukkan hasil negatif. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa pendonor yang memiliki OBI sulit terdeteksi dan berpotensi menularkan hepatitis B melalui transfusi darah.
  • Aktivitas yang membawa risiko tinggi. Pekerjaan atau aktivitas yang melibatkan kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya dapat meningkatkan risiko infeksi. Contohnya adalah tenaga medis yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B karena terpapar darah atau cairan tubuh pasien.

 

Gejala dan Jenis Hepatitis B

Hepatitis B dapat terjadi dalam dua bentuk utama, yaitu hepatitis B akut dan hepatitis B kronis. Gejala untuk penderita hepatitis B akut diantaranya:

  1. Demam.
  2. Nyeri sendi. 
  3. Mual dan muntah.
  4. Penurunan nafsu makan.
  5. Merasa lelah dan lemas.
  6. Perut terasa sakit.
  7. Warna urine lebih gelap.
  8. Kulit atau mata berwarna kuning (jaundice). 

Untuk gejala penderita hepatitis B akut umumnya akan muncul sekitar 1 – 4 bulan setelah tubuh terinfeksi. Namun, dalam beberapa kasus, infeksi yang terjadi pada anak-anak bisa terjadi tanpa ada gejala.

Di sisi lain, hepatitis B kronis adalah kondisi di mana infeksi virus hepatitis B berlangsung lebih dari enam bulan. Penderita hepatitis B kronis berisiko mengalami komplikasi serius seperti sirosis dan kanker hati.

Pemeriksaan dan Tes Terkait Hepatitis B

Pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi hepatitis B meliputi tes darah, terutama tes untuk mendeteksi keberadaan HBsAg (antigen permukaan hepatitis B) dan antibodi terkait.  

Selain untuk mendeteksi infeksi virus hepatitis B, melakukan tes darah juga bertujuan untuk memeriksa fungsi hati dan menentukan jenis hepatitis B yang diderita pasien, baik itu bersifat akut atau kronis. 

Asuransi mikro mulai dari 5000 Rupiah!

Tes fungsi hati juga dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan hati yang diakibatkan karena adanya infeksi hepatitis B. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin juga menyarankan pasien untuk melakukan beberapa tes penunjang untuk menilai kerusakan hati akibat hepatitis B. Beberapa tes penunjang tersebut, meliputi fibroscan, USG, dan biopsi hati.

Pengobatan dan Perawatan Hepatitis B

Penanganan terhadap penyakit hepatitis B cukup bervariasi tergantung tingkat keparahan penyakit hepatitis itu sendiri, baik itu akut maupun kronis.

Penanganan hepatitis B akut

Penyakit hepatitis B akut yang dialami penderita umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus. Hal ini karena gejala penyakit hepatitis B akut umumnya dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu 2 hingga 3 minggu. Fungsi organ hati juga biasanya dapat kembali normal dalam waktu 4 sampai 6 bulan. 

Dokter mungkin menyarankan pasien untuk perbanyak istirahat, mengonsumsi banyak cairan dan makanan bernutrisi. Nutrisi yang seimbang juga dapat membantu dalam pemulihan dan perawatan hepatitis B. 

Dalam kasus yang parah, pasien juga memerlukan rawat inap dan resep obat antivirus untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Pengobatan hepatitis B kronis

Pengobatan penyakit hepatitis B bertujuan untuk mengendalikan replikasi virus dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada hati. Penderita penyakit hepatitis B kronis umumnya memerlukan pengobatan jangka panjang untuk mengurangi risiko komplikasi dan mencegah penularan infeksi kepada orang lain. 

Terdapat beberapa metode pengobatan yang digunakan, termasuk terapi antivirus dan terapi interferon. Namun, penting untuk melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk menentukan perawatan yang sesuai berdasarkan kondisi dan tingkat keparahan penyakit.

Bahaya Komplikasi Hepatitis B

Penyakit hepatitis B kronis yang tidak diobati bisa menyebabkan penyakit hati yang serius. Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul dari penyakit hepatitis B kronis.

Sirosis

Sirosis adalah peradangan yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada organ hati.  Hingga kini tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan sirosis. Jika organ hati menjadi rusak parah, mungkin diperlukan prosedur transplantasi hati.

Kanker hati 

Infeksi penyakit hepatitis B kronis yang tidak diobati juga bisa berkembang menjadi kanker hati. Kondisi ini tergolong berbahaya dan umumnya perlu prosedur medis tertentu, seperti kemoterapi atau transplantasi hati. 

Penting untuk rutin melakukan pemeriksaan USG perut (Whole Abdomen) sesuai anjuran dokter bagi penderita penyakit hepatitis B kronis atau tes HBsAg yang positif seumur hidup. Tujuannya untuk mendeteksi dini apabila ada tanda-tanda komplikasi menjadi sirosis atau kanker hati.

Untuk itu, selalu lakukan pola hidup sehat untuk meminimalisir terinfeksi penyakit hepatitis B. Vaksin hepatitis B juga penting untuk dilakukan untuk meningkatkan tingkat ketahanan tubuh terhadap paparan dari virus hepatitis B.

Referensi : U by Prodia

 

Penulis: Raka 22 Aug 2024 137