Mungkin bagi sebagian orang Dupuytren contracture adalah hal yang cukup asing. Ini adalah salah satu kondisi tidak biasa yang mempengaruhi tangan dan jari (kadang juga disebut penyakit Dupuytren). Di sini, satu atau lebih jari menjadi melengkung, sehingga menyulitkan untuk mengambil atau memegang benda atau melakukan aktivitas sehari-hari.
Nama Dupuytren sendiri berasal dari ahli bedah Perancis abad ke-19 Guillaume Dupuytren, yang melakukan operasi pertama yang berhasil pada kondisi tersebut.
Apa itu Dupuytren contracture?
Dupuytren contracture adalah suatu kondisi dimana tangan dan jari di mana jaringan ikat pada telapak tangan dan jari menebal dan mengencang sehingga menyebabkan jari tertekuk. Dupuytren contracture dapat mengenai salah satu atau kedua tangan, dan terkadang mengenai ibu jari. Efek dari kondisi ini umumnya ringan dan tidak sakit, tetapi dapat memburuk seiring berjalannya waktu.
Biasanya penderita mengeluhkan adanya nodul atau penebalan di bagian distal telapak tangan atau bagian proksimal jari. Nodul melekat di kulit dan tidak bergerak dengan pergerakan jari.
Nyeri sangat jarang dirasakan kecuali terdapat penekanan saraf atau tenosynovitis. Tenosynovitis dapat berkembang dan menyebabkan nyeri ketika nodul berukuran besar.
Jari manis dan kelingking adalah jari paling sering mengalami kondisi ini. Tapi, kondisi ini bisa menyerang semua jari tangan, termasuk ibu jari.
Penyebab terjadinya Dupuytren contracture
Penyebab pasti terjadinya Dupuytren contracture sendiri sebenarnya masih belum diketahui, tapi terkadang terjadi dikarenakan karena keturunan (gen) di dalam satu keluarga. Tapi ada beberapa faktor risiko yang bisa terjadinya Dupuytren contracture, diantaranya:
- Genetik, turunan dari keluarga;
- Biasanya lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita;
- Kejadian sering meningkat pada orang dengan usia diatas 50 tahun;
- Memiliki penyakit diabetes atau kejang;
Cara mengobati Dupuytren contracture
Meskipun belum ada obatnya, pengobatan dan terapi okupasi atau fisik dapat membantu mengatasi gejala dan meningkatkan kembali mobilitas jari.
Terapi tersebut meliputi:
- Peregangan dengan penggunaan panas dan ultrasonografi
- Penggunaan Bidai atau penyangga khusus untuk meregangkan jari
- Latihan menggerakkan jari yang harus dilakukan beberapa kali sehari.
Namun, kasus sedang atau parah dapat mengganggu fungsi tangan. Gerakan jari dapat dipulihkan secara normal dengan perawatan non-bedah, seperti:
- Injeksi kolagenase. Enzim yang disebut kolagenase disuntikkan ke dalam cord tangan, yang memecah dan melarutkan jaringan yang menebal.
- Needling/Fasiotomi tertutup. Prosedur aponeurotomy jarum ini bersifat kurang invasif dan dapat dilakukan dengan anestesi lokal. Prosedur ini tidak memerlukan insisi tetapi menggunakan jarum hipodermik untuk memisahkan jaringan yang sakit.
Jika pengobatan non-bedah dirasa tidak meredakan gejala atau bahkan kondisinya malah menjadi parah, mungkin pembedahan lebih disarankan. Beberapa caranya diantaranya:
- Fasiotomi terbuka. Sayatan dibuat di telapak tangan untuk membagi jaringan yang menebal dan membuang jaringan yang rusak.
- Fasiektomi palmar subtotal. Sayatan zigzag dibuat di sepanjang lipatan tangan untuk menghilangkan jaringan yang tidak normal. Kadang-kadang, cangkok kulit mungkin diperlukan untuk membantu penyembuhan luka.
Biasanya setelah melakukan tindakan, tangan diberikan bidai atau penyangga khusus. Efek lainnya biasanya akan ada rasa sakit, kaku, dan bengkak setelah melakukan tindakan. Dan lamanya masa pemulihan berbeda-beda pada tiap individu.
Kebanyakan orang merasakan kondisi yang lebih baik setelah operasi. Namun, seiring waktu dan kondisi medis tertentu, kontraktur dapat muncul kembali, sehingga beberapa orang mungkin memerlukan pembedahan tambahan di kemudian hari.
Sumber Harvard Health Publishing