Apa itu Ultra-Processed Foods?

Apa itu Ultra-Processed Foods?

Penelitian baru menunjukkan bahwa ultra-processed food meningkatkan risiko gangguan kognitif dan stroke, lho! Orang-orang sangat menyukai Ultra-processed food, baik berupa sereal, makanan ringan (seperti keripik-keripik kemasan), makanan pembuka (seperti hot dog), ataupun makanan penutup.

Tentu saja, mengisi piring Anda dengan sayuran, buah-buahan, ikan dan biji-bijian dalam pola makan ala Mediterania meningkatkan kesehatan jantung dan otak. Namun jika Anda juga mengkonsumsi ultra-processed food, apakah itu buruk bagi kesehatan otak Anda?

Penelitian terhadap Ultra-Processed Foods

Dalam sebuah penelitian baru, mengonsumsi ultra-processed food dikaitkan dengan risiko lebih besar terhadap gangguan kognitif dan stroke.

Studi observasional ini memeriksa data dari proyek REGARDS (REAsons for Geographic And Racial Differences in Stroke), sebuah studi longitudinal terhadap orang Amerika kulit hitam dan putih non-Hispanik yang berusia 45 tahun ke atas. Peserta penelitian awalnya terdaftar antara tahun 2003 dan 2007 dan diberikan sejumlah kuesioner yang mengevaluasi kesehatan, pola makan, olahraga, indeks massa tubuh, pendidikan, pendapatan, penggunaan alkohol, suasana hati, dan faktor lainnya. Selain itu, tes memori dan bahasa dilakukan secara berkala.

Untuk menguji risiko stroke dan gangguan kognitif, data dari 20.243 dan 14.175 peserta masing-masing dapat digunakan berdasarkan kualitas informasi dari kuesioner dan tes.

Asuransi mikro mulai dari 5000 Rupiah!

Hasil dari studi tersebut diantaranya : 

  • Menurut analisis, peningkatan asupan ultra-processed food hanya sebesar 10% dikaitkan dengan risiko gangguan kognitif dan stroke yang jauh lebih besar.
  • Asupan makanan yang tidak diolah atau sedikit diproses dikaitkan dengan rendahnya risiko gangguan kognitif.
  • Pengaruh ultra-processed food terhadap risiko stroke lebih besar pada individu yang diidentifikasi berkulit hitam dibandingkan dengan individu yang diidentifikasi berkulit putih.

Mengapa ultra-processed food bisa berdampak buruk bagi otak?

Berikut beberapa alasan yang masuk akal secara biologis:

  • Ultra-processed food umumnya terdiri dari karbohidrat olahan yang sangat cepat dipecah menjadi gula sederhana, setara dengan banyak makan permen. Kandungan gula ini menyebabkan lonjakan insulin, yang dapat mengubah fungsi sel otak normal.
  • Mengonsumsi ultra-processed food dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena sindrom metabolik dan obesitas, kondisi umum yang terkait dengan tekanan darah tinggi, kadar lipid darah abnormal, dan diabetes tipe 2.
  • Ada bahan tambahan yang tidak sehat dalam ultra-processed food untuk mengubah tekstur, warna, atau rasa. Bahan tambahan ini mengganggu mikrobioma di usus dan dapat menyebabkan peradangan usus dan dapat menyebabkan:
    1. produksi metabolit yang dihasilkan mikrobioma yang dapat mempengaruhi fungsi otak (seperti asam lemak rantai pendek dan lipopolisakarida)
    2. usus bocor, memungkinkan racun dan molekul inflamasi memasuki aliran darah dan menuju ke otak
    3. perubahan fungsi neurotransmitter (seperti serotonin) yang dapat memengaruhi suasana hati dan kognisi secara langsung
    4. peningkatan kadar kortisol yang menyerupai stres kronis, yang secara langsung dapat berdampak pada fungsi hipokampus dan lobus frontal, yang masing-masing mempengaruhi kinerja fungsi memori dan eksekutif
    5. peningkatan risiko penyakit Alzheimer, Parkinson, dan penyakit neurodegeneratif lainnya akibat molekul inflamasi yang berpindah dari usus ke otak.
  • Karena ultra-processed food memiliki nilai gizi yang buruk, orang sering langsung merasa lapar setelah memakannya, sehingga menyebabkan makan berlebihan.

Sebisa mungkin hindari untuk mengkonsumsi ultra-processed food, makanan olahan yang berlebihan, yang mencakup keripik dan makanan ringan lainnya, roti dan kue kering pabrikan, permen dan permen kemasan, soda manis, mie instan dan sup instan, makanan siap saji dan makanan beku, serta daging olahan seperti hot dog dan lainnya.
Makanlah makanan yang tidak diproses atau diproses secara minimal, termasuk ikan, minyak zaitun, buah, sayuran utuh, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Bukan berarti kita harus benar-benar tidak mengkonsumsi ultra-processed food. Tapi, jika Anda ingin mengkonsumsi ultra-processed food, usahakan tidak memakannya terlalu banyak. Selalu imbangi dengan konsumsi makanan-makanan sehat lainnya seperti sayur dan buah agar tubuh mendapatkan nutrisi maksimal.

Sumber Harvard Health Publishing 

Penulis: Raka 20 Jun 2024 196